Ramadhan Sebagai Momentum Merealisasikan Perintah Iqra
Penulis |
OPINI, KAMPUSGAGASAN.COM - Jika kembali sejenak memikirkan awal mula diturunkannya sebuah perintah untuk melakukan Iqra terhadap suatu fenomena kehidupan, maka sejatinya kita telah mengembalikan eksistensi bahwa kita adalah makhluk yang diciptakan untuk senantiasa berfikir karena telah dianugerahi dengan sebuah akal.
Kaitan antara perintah Iqra dengan akal ini bukan hanya sekadar membaca, akan tetapi perintah Iqra dalam sebuah tafsir memiliki banyak makna seperti mengamati, menelaah, mengingat, meneliti, dan sebagainya.
Perintah Iqra ini pun bukan hanya sekadar membaca sebuah kitab, buku, ataupun referensi bacaan lainnya, tetapi untuk melihat segala fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar.
Ada berbagai peristiwa yang terjadi mulai dari pertama kali seseorang bangun dari tidurnya sampai dengan memejamkan mata kembali.
Bahkan dalam kondisi tertentu, seseorang mengalami peristiwa diantara dua aktivitas tersebut yang biasa disebut dengan mimpi.
Seperti yang dialami oleh Nabi Ibrahim a.s ketika mendapatkan perintah dari Allah Swt untuk mengorbankan putranya yakni Nabi Ismail a.s.
Walaupun pada awalnya Nabi Ibrahim bingung akan kebenaran dari mimpi tersebut. Beliau terus meminta petunjuk kepada Allah agar tidak salah dalam mengambil sebuah keputusan. Hingga pada akhirnya Nabi Ibrahim menyadari bahwa mimpi tersebut benar datangnya dari Allah Swt.
Kisah Nabi Ibrahim a.s dengan putranya Nabi Ismail a.s diabadikan dalam Al-Qur’an Surah As-Saffat ayat 102 yang artinya “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.
Dari terjemahan ayat tersebut, terdapat sebuah perintah untuk berfikir sebelum mengambil sebuah keputusan.
Lalu apa hubungan Bulan Ramadhan dengan perintah Iqra?
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan bagi setiap umat muslim.
Pada bulan ini, setiap aktivitas yang dilakukan dalam rangka meningkatkan keimanan akan dilipatgandakan pahalanya.Sehingga setiap umat muslim, berpikir untuk berlomba-lomba melakukan suatu kebaikan.
Pada bulan Ramadhan ini pula diturunkan perintah untuk melakukan Iqra sebagaimana yang disampaikan dalam surah Al-Alaq ayat 1-5 yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan kemudian dikenal dikalangan umat muslim sebagai peristiwa Nuzulul Qur’an.Walaupun perintah ini pertama kali diturunkan kepada Rasulullah Saw, tetapi perintah inipun sampai kepada kita semua sebagai umat muslim.
Apabila dipahami secara mendalam, perintah Iqra di bulan Ramadhan memberikan sebuah tanda bahwa ada sesuatu fenomena yang sedang terjadi.
Untuk itulah, kita diperintahkan untuk menggunakan pikiran dalam hal ini melakukan Iqra (membaca, mengamati, menelaah, mengingat, dsb) untuk melihat fenomena atau realitas sosial yang sedang terjadi dilingkungan sekitar.
Lantas, bagaimana dengan kondisi sekarang?
Bukan sesuatu yang kebetulan bulan Ramadhan hadir setiap tahun melainkan melatih kita untuk senantiasa berpikir (melakukan Iqra).
Apakah kita mampu menghadirkan suatu gagasan atas fenomena tersebut? Ataukah kita hanya terjebak dalam urusan bagaimana membuat seseorang untuk peka terhadap perasaan kita?
Mari merenungi secara bersama-sama apa yang telah kita lakukan. Jangan sampai kita menjadi pribadi seperti yang diungkapkan oleh Bung Rocky Gerung bahwa ijazah yang diperoleh dalam institusi Pendidikan hanya sebagai tanda bahwa kita pernah sekolah bukan tanda sebagai orang yang berpikir.
Boleh saja, seseorang berpikir bahwa Ramadhan itu bulan mencari pahala yang berlipat ganda. Boleh saja, seseorang berpikir bahwa Ramadhan itu sebagai bulan untuk berbagi kepada sesama karena kita diberikan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran kita.
Pada intinya, bulan Ramadhan adalah momentum untuk merealisasikan perintah IQRA, bacalah.
Muhammad Arsyad, Anggota Mejelis Wali Amanat Kampus Gagasan dan Kader IMM Makassar Timur (Opini ini telah dimuat di edunews.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar